
Sebagai
pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar
Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh
putranya yang bergelar Pandan Arang II. Di bawah pimpinan Pandan Arang,
daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat,
sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dan Pajang. Karena
persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk
menjadikan
Semarang setingkat dengan Kabupaten. Akhirnya Pandan Arang oleh Sultan Pajang melalui konsultasi dengan Sunan Kalijaga, juga bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H atau bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1547 masehi dinobatkan menjadi Bupati yang pertama. Pada tanggal itu "secara adat dan politis berdirilah kota Semarang" . Masa pemerintahan Pandan Arang II menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat dinikmati penduduknya. Namun masa itu tidak dapat berlangsung lama karena sesuai dengan nasihat Sunan Kalijaga, Bupati Pandan Arang II mengundurkan diri dari hidup keduniawian yang melimpah ruah. la meninggalkan jabatannya, meniggalkan Kota Semarang bersama keluarga menuju arah Selatan melewati Salatiga dan Boyolali, akhirnya sampai ke sebuah bukit bernama jabalekat di daerah Klaten. Didaerah ini, beliau menjadi seorang penyiar agama Islam dan menyatukan daerah Jawa Tengah bagian Selatan dan bergelar Sunan Tembayat. Beliau wafat pada tahun 1553 dan dimakamkan di puncak Gunung Jabalkat. Sesudah Bupati Pandan Arang mengundurkan diri lalu diganti oleh Raden Ketib, Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586), kemudian disusul pengganti berikutnya yaitu Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659), Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666), Mas Tumenggung Prawiroprojo (1966-1670), Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674), Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung. Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701), Raden Maotoyudo atau Raden Summmgrat (1743-1751), Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773), Surohadimenggolo IV (1773-?), Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?), Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841), Putro Surohadimenggolo (1841-1855), Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860), RTP Suryokusurno (1860-1887), RTP Reksodirjo (1887-1891), RMTA Purbaningrat (1891-?), Raden Cokrodipuro (?-1927), RM Soebiyono (1897-1927), RM Amin Suyitno (1927-1942), RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945), R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan, M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946, 1949 - 1952 yaitu masa Pemerintahan Republik Indonesia) pada waktu Pemerintahan RIS yaitu pemerintahann federal diangkat Bupati RM.Condronegoro hingga tahun 1949. Sesudah pengakuan kedaulatan dari Belanda, jabatan Bupati diserah terimakan kepada M. Sumardjito. Penggantinya adalah R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956). Kedudukannya sebagai Bupati Semarang bukan lagi mengurusi kota melainkan mengurusi kawasan luar kota Semarang. Hal ini terjadi sebagai akibat perkembangnya Semarang sebagai Kota Praja.
Semarang setingkat dengan Kabupaten. Akhirnya Pandan Arang oleh Sultan Pajang melalui konsultasi dengan Sunan Kalijaga, juga bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H atau bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1547 masehi dinobatkan menjadi Bupati yang pertama. Pada tanggal itu "secara adat dan politis berdirilah kota Semarang" . Masa pemerintahan Pandan Arang II menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat dinikmati penduduknya. Namun masa itu tidak dapat berlangsung lama karena sesuai dengan nasihat Sunan Kalijaga, Bupati Pandan Arang II mengundurkan diri dari hidup keduniawian yang melimpah ruah. la meninggalkan jabatannya, meniggalkan Kota Semarang bersama keluarga menuju arah Selatan melewati Salatiga dan Boyolali, akhirnya sampai ke sebuah bukit bernama jabalekat di daerah Klaten. Didaerah ini, beliau menjadi seorang penyiar agama Islam dan menyatukan daerah Jawa Tengah bagian Selatan dan bergelar Sunan Tembayat. Beliau wafat pada tahun 1553 dan dimakamkan di puncak Gunung Jabalkat. Sesudah Bupati Pandan Arang mengundurkan diri lalu diganti oleh Raden Ketib, Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586), kemudian disusul pengganti berikutnya yaitu Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659), Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666), Mas Tumenggung Prawiroprojo (1966-1670), Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674), Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung. Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701), Raden Maotoyudo atau Raden Summmgrat (1743-1751), Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773), Surohadimenggolo IV (1773-?), Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?), Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841), Putro Surohadimenggolo (1841-1855), Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860), RTP Suryokusurno (1860-1887), RTP Reksodirjo (1887-1891), RMTA Purbaningrat (1891-?), Raden Cokrodipuro (?-1927), RM Soebiyono (1897-1927), RM Amin Suyitno (1927-1942), RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945), R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan, M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946, 1949 - 1952 yaitu masa Pemerintahan Republik Indonesia) pada waktu Pemerintahan RIS yaitu pemerintahann federal diangkat Bupati RM.Condronegoro hingga tahun 1949. Sesudah pengakuan kedaulatan dari Belanda, jabatan Bupati diserah terimakan kepada M. Sumardjito. Penggantinya adalah R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956). Kedudukannya sebagai Bupati Semarang bukan lagi mengurusi kota melainkan mengurusi kawasan luar kota Semarang. Hal ini terjadi sebagai akibat perkembangnya Semarang sebagai Kota Praja.
Pada
tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah
Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester
(Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda
berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.
Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang di
kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil
(Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa
Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945, pemerintahan daerah Kota Semarang belum dapat menjalankan
tugasnya karena pendudukan Belanda. Tahun 1946 lnggris atas nama Sekutu
menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda.Ini terjadi pada tangga
l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda
menaiigkap Mr. Imam Sudjahri, walikota Semarang sebelum proklamasi
kemerdekaan. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20
Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang
yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia
menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan
nama Pertempuran Lima Hari. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada
pemerintahan daerah kota Semarang. Narnun para pejuang di bidang
pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau
daerah pengungsian diluar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah
pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug,
Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan
berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan.
Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha
membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti dimasa kolonial dulu di
bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena
dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB
Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi,
Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang
kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri
di Yogyakarta. Beliau menyusun kembali aparat pemerintahan guna
memperlancar jalannya pemerintahan. Sejak tahun 1945 para walikota yang
memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan
akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut :
1. Mr. Moch.lchsan
2. Mr. Koesoebiyono (1949 - 1 Juli 1951)
3. RM. Hadisoebeno Sosrowardoyo ( 1 Juli 1951 - 1 Januari 1958)
4. Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat ( 7Januari 1958 - 1 Januari 1960)
5. RM Soebagyono Tjondrokoesoemo ( 1 Januari 1961 - 26 April 1964)
6. Mr. Wuryanto ( 25 April 1964 - 1 September 1966)
7. Letkol. Soeparno ( 1 September 1966 - 6 Maret 1967)
8. Letkol. R.Warsito Soegiarto ( 6 Maret 1967 - 2 Januari 1973)
9. Kolonel Hadijanto ( 2Januari 1973 - 15 Januari 1980)
10. Kol. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH ( 15 Januari 1980 - 19 Januari 1990)
11. Kolonel H.Soetrisno Suharto ( 19Januari 1990 - 19 Januari 2000)
12. H. Sukawi Sutarip SH. ( 19 Januari 2000 - 19 Juli 2010
13. H. Soemarmo HS, MSi ( 19 Juli 2010 - Sekarang )
Pertumbuhan Fisik
Secara garis besar pertumbuhan Kota Semarang telah mengalami berubahan - perubahan fisik dari tahun ketahun antara :
· Periode sebelum Dataran Alluvial terbentuk
· Periode Tahun 900 s/d 1500
· Periode Tahun 1500 s/d 1700
· Periode Tahun 1700 s/d 1906
· Periode Tahun 1906 s/d 1942
· Periode Tahun 1942 s/d 1976
Sumber :http://semarangkota.go.id/cms/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=53
0 Comment:
Post a Comment